Jumat, 05 Agustus 2011

Ekstasi

15 tahun adalah umur yang masih sangat muda.  Masanya untuk mengetahui dan mencoba segala hal baru nan asing.
Ya... misalnya saja mengendarai motor tanpa sim, meminum kafein, dan juga menggunakan ekstasi. Bagi diri ini yang masih sering mencari jati diri, hal-hal yang baru seperti itu sangatlah menarik perhatian. Sehingga, awalnya CUMA coba-coba untuk memakainya, eh... malah jadi keterusan. Sungguh sesuatu yang salah.
Menggunakan ekstasi itu sungguh menyenangkan. Kita bisa merasa saaaangaat bahagia. Kalau kita mempunyai banyak masalah, hanya dengan sedikit menggunakan ekstasi saja, rasanya masalah kita itu bisa hilang dan beban kita pun menjadi ringan. Perasaan yang menyenangkan ini membuatku yang menggunakannya jadi lupa diri. Aku tak menyangka kalau aku akan terjerumus ke jurang yang paling dalam karenanya.
Tidak menggunakannya dalam sehari saja, diri ini merasa tak berdaya dan bersemangat. Ekstasi membutakanku bahwa ini adalah hal yang salah. Aku sudah terlalu bergantung padanya. Aku semakin tenggelam. Aku bahkan tak sanggup berdiri tanpanya.
Seluruh hidupku ku serahkan untuknya. Hanya untuk mendapatkannya. Aku tak butuh yang lain.Ku telah terjerumus ke dasar jurang tak berujung.
Jauh dilubuk hatiku yang paling dalam, terkadang aku sadar. Ini semua hanyalah untuk sesaat. Tapi slalu ku tepis pemikiran itu.
Suatu ketika ekstasi itupun habis. Ia menjadi barang yang terbatas. Harganya semakin mahal dan ketergantunganku membuatku harus memperdayai orang tuaku.
Sungguh Maha Besar Allah walau ku telah mengabaikannya. Allah yang sayang padaku selalu membisikkan bahwa ini adalah dosa. Perlahan.... ku mencoba untuk tak lagi bergantung padanya, tapi selalu gagal. Ekstasi sudah berkuasa atasku.Tapi aku tak boleh terus begini, terperangkap dalam jurang yang paling dalam.
“semuanya hanya untuk sesaat” adalah yang slalu ku gemakan dalam diriku. Aku pun merangkak dari jurang kebodohanku. Mencoba memanjat walau mustahil. Kan ku pastikan bahwa... aku bisa tanpanya.


Note: ekstasi hanya perumpamaan, bukan dalam makna yang sesungguhnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar